Khamis, 20 November 2008

4 perkara sebelum tidur

Sebenarnya banyak perkara yang perlu diambil perhatian sebelum seseorang itu lena diulit mimpi yang indah-indah. Maka wajarlah kiranya sunnah Rasulullah s.a.w itu sendiri dijadikan sebagai amalan seseorang pada setiap malam. Ia adalah lebih afdhal.


( Tafsir Haqqi )

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : "Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, iaitu :

1. Sebelum khatam Al Qur'an
2. Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,
3. Sebelum para muslim meredhai kamu,
4. Sebelum kau laksanakan haji dan umrah......

"Bertanya Aisyah :
"Ya Rasulullah.... Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?"

Rasul tersenyum dan bersabda : "Jika engkau tidur bacalah :

Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur'an.

Membacalah selawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafaat di hari kiamat.

Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredhai kamu.

Dan, perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umrah"


Sekian untuk ingatan kita bersama.

Rabu, 12 November 2008

berhentilah jadi gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya

kebelakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di

dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk

tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang

murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.

Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan

gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana

yang diminta.

"Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata

Sang Guru. "Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis kerana meminum air

masin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih

meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis

kemasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat

tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa

bicara. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa

masin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah

di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, cuba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil

mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir

danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan

membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin

dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya

kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan

belakang tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber

air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang

tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan

meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,

membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah

dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.

Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus

kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai

untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang

dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun

demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang

bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat

tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya

tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu

jadi sebesar danau."

sumber : sahabat

Selasa, 11 November 2008

salam pertemuan........

asssalamualaikum........lama sudah rasanya balqis tidak menghantar post baru.....maaf kepada sahabat-sahabat.tahniah diucapkan kepada sahabat junduLlah yang telah menang bertanding pilihan raya MPP baru-baru ini...kepada sahabat-sahabat di kampung AB, teruskanlah perjuangan..bersahabat kerana ALLAH..kerana....
'sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar,
sahabat yang setia bagai pewangi yang harum,
sahabat yang sejati menjadi pendorong impian dan
sahabat yang mulia membawa kita ke jalan ALLAH'
terima kasih kepada sahabat perjuangan ainul iman n ainun syifa'.........semoga persahabatn ini kekal utuh selam-lamanya...........:)